MAKALAH
Biografi Ibnu syihab Az-Zuhri
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ubaidillah Ibnu Syihab az-Zuhri adalah seorang imam
hadits, salah seorang tabi'in muda, dan kepemimpinan hadits juga berakhir
padanya. Dia adalah guru Malik, al-Laits, ibnu Abi Dzi'b, dua orang Sufyan, dan
selain mereka dari kalangan para pengikut tabi'in. Dialah Imam az-Zuhri, dan
cukuplah bagimu ilmu, keutamaan, dan ilmunya.
Abu Nu'aim berkata, "Diantara
mereka terdapat alim yang lurus, dan perawi yang hebat, Abu Bakar muhammad bin
Muslim bin Syihab az-Zuhri. Dia memiliki kemuliaan dan keluhuran, kebangsaan,
dan kedermawaan."[1]
Beliau
adalah seorang yang kaya lagi dermawan. Beliau memiliki kedudukan yang tinggi
di dalam Daulah Bani Umayyah. Allah Subhanahu wa Ta’ala mengaruniakan kepada
beliau kecerdasan yang tinggi dan kekuatan hafal yang mengagumkan, dengan itu
semua, beliau mendapat kedudukan tinggi terutama dalam bidang ilmu hadits, dan
kepada beliau bermuaralah ilmu hadits. Beliaulah orang pertama yang membukukan
ilmu hadits atas
perintah Khalifah Umar bin Abdul Aziz.
Beliau juga lebih dari 2200 hadits
berhasil dihafal oleh Az-Zuhri, dan beberapa diantaranya tertulis dalam kitab
Shahih Bukhari dan Shahih muslim. Beberapa ulama pun memujinya dengan pujian
bahwa sanad hadits terkuat adalah yang berasal dari jalur Az-Zuhri dari Salim dari Bapaknya.
Abu Bakar al-Hudzali mengatakan,
“Aku telah duduk bermajelis kepada Hasan al-Bashri dan Ibu Sirin, namun aku
tidak melihat seorang pun yang semisal dengan Imam Az-Zuhri.” 2
B. Tujuan Penulisan
Ada pun maksud dan tujuan penyusunan makalah ini diantaranya adanbeberapa tujuan, yaitu :
Ada pun maksud dan tujuan penyusunan makalah ini diantaranya adanbeberapa tujuan, yaitu :
1.
untuk memberi pengetahuan kepada
penulis serta wawasan sejarah perjalanan hidup para sahabat Nabi ﷺ
2.
Untuk memenuhi tugas UTS semester genap mata kuliah Sejarah Nabi Muhammad ﷺ
C. Rumusan Masalah
Dalam
pembuatan makalah ini ada beberapa permasalahan penting yang akan diangkat
sebagai bahan penerangan:
1.
Bagaimana Biografi Ibnu Syihab az-Zuhri ?
2.
Bagaimana ciri-ciri fisik Ibnu Syihab az-Zuhri ?
3.
Bagaimana pujian para ulama terhadap Ibnu Syihab az-Zuhri ?
4.
Bagaimana sebab
unggulnya Ibnu Syihab az-Zuhri dalam masalah ilmu ?
5.
Bagaimana kedermawaan dan kemurahan Ibnu Syihab az-Zuhri ?
6.
Bagaimana guru-guru dan murid-murid Ibnu Syihab az-Zuhri ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Ibnu Syihab
az-Zuhri
Beliau adalah Muhammad bin Muslim bin Ubaid bin
Abdullah bin Syihab bin Abdullah bin al-Harits bin Zuhrah bin Kilab bin Murrah
bin Ka'ab bin Lu'ay bin Ghalib al-Quraisyi az-Zuhri, termasuk sighar
at-thabi'in, sedangkan nama az-Zuhri adalah nama yang di sematkan oleh para
ulama hadits kepadanya. Selain az-Zuhri dalam beberapa literatur beliau juga
isebut dengan nama paggilan Abu Bakar al-Madani.
Adapun kelahiran belia
banyak di perselisihkan oleh para ulama, menurut Duhaim dan Ahmad bin Shalih,
dia dilahirkan pada tahun 50 H. Dan
menurut Khalifah bin Khayyat, pada 51 H.3
Dia adalah seorang imam terkemuka yang luas ilmunya, hafidz di zamannya, Abu
Bakar al-Quraisyi az-Zuhri al-Madani. Dia bertempat tinggal di Syam.
Az-Zuhri tumbuh menjadi
seorang remaja di sebuah kota kecil di antra Hijaz dan Syam, bernama Ailah. Dan
beliau menghabiskan waktu senjanya di Syi'ab hingga beliau wafat di tahun 124 H
dan di makamkan di sana.
B. Ciri-ciri fisik Ibnu Syihab
az-Zuhri
Muhammad bin Yahya bin Abu Umar menuturkan dari
Sufyan, "Aku melihat az-Zuhri; kepala dan jenggotnya merah. Warna merahnya
agak gelap, seakan-akan diberi semir."
Dia mengatakan,
"az-Zuhri itu matanya kabur, dan berambut lebat." 4
Dari Ya'qub bin Abdurrahman, dia mengatakan, " Aku melihat az-Zuhri
bertubuh pendek, sedikit jenggot, memiliki rambut panjang, tipis kedua
pipinya." 5
Adz-Dzahabi mengatakan, "Ia berwibawa lagi mulia
dengan pakaian prajurit, memiliki kedudukan besar di Daulah Bani Umayyah."
6
Adz-Dzahabi mengatakan, "Ia berpangkat sebagai Amir (kepala
pasukan)." 7
C. Pujian ulama terhadap Ibnu
Syihab az-Zuhri
Amr bin
Dinar mengatakan, "Aku tidak pernah melihat seorang pun yang lebih
mengetahui tentang hadis dibandingkan Ibnu Syihab (Imam Az-Zuhri)." 8
Dari ad-Darawardi, dia mengatakan, "Mula-mula
orang yang mengkodifikasikan ilmu hadits dan menulisnya adalah Ibnu Syihab
az-Zuhri." 9
Al-Laits
menyatakan, "Aku tidak melihat seorang alim pun yang lebih luas
ilmunya dibandingkan Imam Az-Zuhri. Tatkala beliau berbicara tentang targhib
(nasihat dan anjuran), engkau akan katakan: ‘Tidak ada yang terbaik kecuali
beliau’, bila beliau berbicara tentang hari-hari Arab dan penyebutan nasab,
engkau akan katakan: ‘Tidak ada penyebutan nasab, engkau akan katakan: ‘Tidak
ada yang terbaik kecuali beliau’, dan bila beliau sedang berbicara tentang
Alquran dan hadis, engkau pun akan mengatakan yang semisal." 10
Imam
Makhul pernah ditanya, "Siapa
orang yang paling alim yang pernah engkau jumpai?" Ia menjawab, "Ibnu Syihab." Lalu
ditanyakan, "Siapa lagi?" Beliau menjawab, "Ibnu Syihab."
"Dan siapa lagi?" Beliau tetap menjawab, "Ibnu Syihab." 11
Abu Bakar bin Manjawiah mengatakan,
"Ia melihat sepuluh sahabat Nabi, dan dia adalah orang yang paling hafidz
pada zamannya, paling bagus dalam mengemukakan matan hadits, dan seorang
faqih yang utama." 12
D. Sebab-sebab unggulnya Ibnu Syihab az-Zuhri
dalam masalah ilmu
Tak ada
seorang pun yang terlahir ke alam dunia ini dalam keadaan berilmu, telah hafal
Al-Quran dan
hadits,
memiliki pemahaman yang benar dari pemahaman yang menyimpang; tentu tidak ada.
Seluruhnya sama, namun yang membedakan adalah bekal yang cukup dan ketinggian
semangat. Tentunya hal itu tidak terlepas dari rahmat dan fahdilah (keutamaan)
dari Allah Subhanahu
wa Ta’ala. Syaikhul Islam tidaklah beliau menjadi Syaikhul Islam kecuali
setelah melakukan upaya yang tidak dilakukan oleh selainnya, demikian juga
Az-Zuhri tidaklah beliau menjadi Imam az-Zuhri melainkan karena beliau memiliki
beberapa faktor pendukung yang tidak dimiliki oleh yang selainnya. Di antara
sebab-sebab dan faktor pendukung beliau adalah:
1. Dalam Kekuatan Hafalan
Kekuatan hafalan beliau menjadi ayat yang nyataa kan
keutamaan beliau.
Imam adz-Dzahabi berkata, "Di
antara yang menunjukkan kekuatan hafalan Imam Az- Zuhri adalah beliau mampu hafal Al-Quran hanya dalam waktu 8
hari, sebagaimana hal itu
diriwayatkan oleh putra saudara beliau, Muhammad bin Abdillah." 13
Imam Az-Zuhri pernah
mengatakan, "Aku tidak pernah melakukan persiapan dalam menyampaikan
hadits, dan aku tidak pernah ragu tentang hafalanku kecuali satu hadits, lalu aku tanyakan kepada
saudaraku, ternyata itu pun sama dengan yang aku
hafal." 14
Al-Laits berkata,
"Ibnu Syihab pernah mengatakan, ‘Tidaklah sedikit pun sesuatu yang telah aku hafal lalu aku lupa
setelahnya’." 15
2. Beliau menulis seluruh yang ia dengar
Dari Abdurrahman bin Abi
Zinad dari ayahnya ia berkata, "Aku pernah berthawaf bersama Ibnu Syihab, dan ia membawa
lembaran-lembaran dan buku tulis
sampai kami menertawakannya." Dalam riwayat lain, "Kami menulis
perkara halal dan haram sedangkan Ibnu
Syihab menulis semua yang ia dengar, ketika kami merasa butuh dengan beliau, barulah kami tahu bahwa beliau
manusia yang paling mengetahui."
16
Dari Muhammad bin
Ikrimah bin Abdurrahman bin al-Harits bin Hisyam, "Ibnu Syihab pergi bolak-balik kepada al-A'raj,
sementara al-A'raj menulis dalam lembaran- lembaran,
lalu bertanya kepadanya tentang hadits. Kemudian dia mengambil sepotong kertas lalu menuliskan kepadanya, kemudian
menghafalnya. Apabila dia sudah
mengahafal hadits itu, maka dia merobek-robek kertas tersebut." 17
Dari Shalih bin Kaisan, dia mengatakan,
"Aku menuntut ilmu bersama az- Zuhri,
kami menulis sunnah-sunnah. Kami pun menulis hadits dari Nabi, kemudian dia mengatakan, ' Marilah kita menulis atsar
dari sahabat!' Dia pun menulisnya, sedangkan
kami tidak menulisnya, sehingga dia berhasil, sementara aku sia-sia." 18
3.
Keuletan dalam menuntut ilmu dan
mudzakarah
Dari al-Auza', dari
az-Zuhri, dia mengatakan, "Penyebab
hilangnya ilmu itu karena lupa dan tidak diulang-ulang (muraja’ah)." 19
Dari Ya'kub bin
Abdurrahman meriwayatkan, bahwa beliau juga menimba ilmu kepada Urwah bin Zubair. Suatu hari ia
menemui budak wanita beliau, sedang ia tengah
tertidur, lalu ia membangunkannya seraya mengatakan, "Fulan dari fulan dan fulan telah menceritakan hadits
kepadaku.." Lalu budak wanita tersebut berkomentar, "Apa
peduliku dengan itu semua."
Az-Zuhri menjawab, "Aku tahu
engkau tidak akan mengerti
dengan ini semua, hanya saja tiba-tiba aku teringat dengan satu hadits dan
aku ingin mengulang-ulanginya." 20
4.
Memuliakan ilmu dan ahli ilmu
Dari Malik, dari az-Zuhri, dia mengatakan, "Aku mengikuti Sa'id bi al- Musyayyab untuk mencari hadits selama tiga hari." 21
Dari Malik, dari az-Zuhri, dia mengatakan, "Aku mengikuti Sa'id bi al- Musyayyab untuk mencari hadits selama tiga hari." 21
Dari Ma'mar, dia mengatakan, "Aku mendengar az-Zuhri
mengatakan, 'Lututku bersentuhan
dengan lutut Sa'id bin al-Musyayyabselama delapan tahun." 22
Dari Malik bin Anas, dari az-Zuhri, dia berkata,
"Aku melayani Ubaidillah bin Abdullah
bin Utbah, hingga pelayannya benar-benar keluar seraya bertanya, 'Siapakah yang ada di pintu ?' Budak wanitanya menjawab,
Budakmu yang matanya kabur.' Dia(budak
wanita itu) menyangka bahwa aku adalah budaknya. Sesungguhnya aku benar-benar melayaninya hingga aku
mengambilkan air wudlu untuknya." 23
5.
Mengambil sebab-sebab untuk membantu kuatnya hafalan
Dari Isma'il al-Makki
bahwasanya, Imam az-Zuhri pernah mengatakan, “Barangsiapa
yang senang menghafal hadits hendaklah ia
memakan kismis/ anggur kering."
Al-Hakim mengomentari, "Karena kismis/anggur keringnya negeri Hijaz hangat,
manis, dan lembut, terlihat kering, dan dapat mencegah
lendir." 24
Dari al-Laits mengatakan, "Imam az-Zuhri sering meminum madu seperti minumnya seorang terhadap minumannya, beliau
mengatakan, ‘Beri kami minum madu
dan ceritakanlah hadits
kepadaku.’ Dan beliau sangat sering minum madu, dan tidak makan apel sedikit pun." 25
Dari Ibnu Wahab, dari al-Laits juga
mengatakan, "Az-Zuhri pernah mengatakan, ‘Tidaklah
sesuatu yang telah melekat di hatiku lalu lupa di kemudian hari.’ Beliau membenci makan apel, namun beliau
senang meminum madu. Katanya, ‘Madu itu dapat
mempertajam ingatan’." 26
E. Kedermawaan dan kemurahan Ibnu Syihab az-Zuhri
Dari
al-Laits, dia mengatakan, Ibnu Syihab az-Zuhri biasa menutup haditsnya dengan
do'a yang bersifat jami' dengan mengucapkan,
اللهم أسألك من كلّ خير أحاط به علمك في الدنيا و
الأخرة، وأعوذ بك من كلّ شر أحاط به علمك في الدنيا و الأخرة .
"Ya Allah, aku memohon kepada-Mu segala
kebaikan yang diliputi oleh ilmu-Mu di dunia dan di akhirat. Aku berlindung
kepada-Mu dari segala keburukan yang diliputi oleh ilmu-Mu di dunia dan di
akhirat."
Dia
termasuk orang dermawan yang pernah aku lihat. Dia memberi, lalu apabila telah
selesai memberikan sesuatu yang dimilikinya, maka dia meminjam dari budaknya
seraya mengatakan, "Hai fulan, berilah aku pinjaman sebagaimana yang
engkau ketahui, dan aku akan melipatgandakan untukmu sebagaimana yang engkau
ketahui." Dia bisa memberi makan orang-orang yang dengan bubur dan memberi
meraka minum madu." 27
Dari
Malik, dia mengatakan, "Ibnu Syihab termasuk di antara orang yang paling
dermawa. ketika dia mendapatkan harta-hartanya itu, pembantunya mengatakan
kepadanya untuk menasihatinya, 'Aku melihat kesempitan yang menimpamu, maka
lihatlah bagaimana engkau, tahanlah hartamu.' Ibnu Syihab menjawab, 'Orang yang
pemurah itu tidak disempitkan oleh pengalaman." 28
Dari
Amar bin Dinar, dia mengatakan, "Aku tidak melihat seorang pun yang
menganggap rendah dinar dan dirham dari pada Ibnu Syihab. Dinar dan dirham itu
baginya hanyalah seperti kotoran onta." 29
F. Guru-guru dan
murid-murid Ibnu Syihab az-Zuhri
1. Guru-gurunya:
Ia
meriwayatkan dari Sahl bin Sa'ad, Anas bin Malik, dan dia bertemu dengannya di Damaskus, as-Sa'ib bin Yazid, Abdullah bin
Tsa'labah bin Shu'air, Mahmud bin Labid, Sunain
Abu Jamilah, Abu ath-Thufail Amir, Abdurrahman bin Azhar, Rabi'ah bin Abbad ad-Daili, Abdullah bin Amir bin Rabi'ah,
Malik bin Uwais bin al-Hadtsan, Sa'id bin al- Musyayyab.
Ia duduk di majelisnya selama delapan tahun dan belajar fikih padanya, al-Qamah bin Waqqas, Katsir bin al-Abbas,
Urwah bin Zubair, Abdul Malik bin Marwan, Muhammad
bin an-Nuaim bin Basyir, Abu Salamah bin Abdurrahman, Ubaidullah bin Abdullah bin Utbah, Utsman bin Ishaq
al-Amiri, Abu Bakar bin Abdurrahman bin al-Harits,
al-Qashim bin Muhammad, Amir bin Sa'ad, Kharijah bin Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Ka'ab bin Malik, Abu Umar, Aban bin
Utsman." 29
2. Murid-muridnya:
Adz-Dzahabi
mengatakan, "Sedangkan yang menuturkan darinya adalah Atha' bin Abu Rabah. Ia lebih darinya dan meninggal
20 tahunan sebelumnya. Amr bin Dinar, Amr
bin Syu'aib, Qatadah bin Di'amah, Zaid bin Aslam, Mantsur bin al-Mu'tamir,
ayyub as-Sakhtiyani, Yhaya bin Sa'id
al-Anshari, Abu az-Zinad, Shalih bin Kaisan, Uqail bin Khalid, Muhammad bin al-Walid az-Zubaidi, Muhammad bin Abi
Hafshah, Bakr bin Wa'il, Amr bin
al-Harits, Ibnu Juraji, Ja'far bin Burqan, Ziyad bin Sa'ad, Abu Uwais, Ma'mar bin Rasyid, al-Auza'i, Syu'aib bin Abi
Hamzah, Malik bin Anas, al-Laits bin Sa'ad, Ibnu
Abi Dzi'b, Ibnu Ishaq, Sufyan bin Husain, Shalih bin al-Ahdhar, Sulaiman bin
Katsir, Hisyam bin Sa'ad, Husyaim bin
Basyir, Sufyan bin Uyainah." 30
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sangat
banyak sekali catatan penting dari perjalanan hidup beliau Ibnu Syihab az-Zuhri
yang hendaknya menjadi qudwah (panutan) bagi kita, di antaranya:
1. Menulis adalah sebuah keharusan terutama bagi seorang penuntut ilmu syar’i
karena mereka tidak akan lepas dari pena dan kertas. Tulisan akan memperkuat
ingatan. Dengan tulisan akan terikat seluruh ilmu dan faidah yang telah ia
dapatkan. Karena ilmu ibaratnya sebuah buruan, sedangkan tulisan adalah
pengikatnya.
Imam
Syafi’I pernah mengatakan,
"Ilmu adalah buruan dan tulisan adalah pengikatnya.
Ikatlah buruanmu dengan tali yang
kuat. Merupakan kedunguan bila engkau telah berburu kijang. Lalu kau biarkan ia terlepas di hadapan manusia."
2. Hendaklah setiap hamba berusaha dalam mencari sebab untuk sesuatu yang ia
harapkan. Islam tidak pernah mengajari kita untuk berpangku tangan dan pasrah
dengan takdir. Namun, berusahalah; dan masing-masing akan dimudahkan kepada
jalannya. Bagi mereka yang menginginkan menjadi seorang yang alim, maka
belajarlah, ikat semua ilmu yang telah didapatkan, dan sebanyak mungkin lakukan
muraja’ah terhadap ilmu tersebut. Setelah itu, banyaklah berdoa kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala semoga Dia menjadikannya termasuk ahli imu yang mengamalkan
ilmunya.
3. Merupakan adab bagi penuntut ilmu adalah hendaknya dia memuliakan ilmu dan
ahli ilmu karena ilmu yang sesungguhnya akan menjadikan kita untuk tawadhu
(rendah hati). Adapun orang pertama yang akan dia hormati adalah orang-orang
yang telah mengajarkan ilmu kepadanya. Ilmu tidak mengajarkan kepada kita agar
menjadi semakin sombong dan merendahkan orang lain, tetapi justru semakin dia
bertambah ilmunya, maka akan semakin tinggi tawadhu’-nya, sebagaimana padi
–makin berisi makin menunduk. 31
Daftar Pustaka
1.
Siyar A'lam an-Nubala', adz-Dzahabi, Beirut: Mu'assasah ar-Risalah, 1992 M
2.
Hilyah Auliya' Wa Thabaqat al-Ashfiya', Abu Nu'aim al-Ashbahani, Np: Maktabah as-Sa'adah
3.
Tahdzib al-Kamal, Jamaluddin al-Mizzi, Beirut: ar-Risalah
4.
Tadzkirah al-Huffazh, Syamsuddin adz-Dzahabi, Beirut: Dar
al-Fikr al-Arabi
5.
Tarikh al-Islam, Syamsyuddin adz-Dzahabi, tahqiq Dr.
Abdussalam Tadmuri, Kairo: Dar al-Kitab al-Arabi
6.
Sumber utama: Biografi 60 Ulama Ahlussunnah Wa
al-Jama'ah, Syaikh Ahmad Farid, Dara al-Aqidah, Cet.I, Thn. 1426 H
2 Tahdzib al-Kamal ,
Jamaluddin al-Mizzi, 26/437
4 Tahdzib al-Kamal, Jamaluddin
al-Mizzi, 26/431,432
5
Tarikh
al-Islam,
Syamsyuddin adz-Dzahabi, 8/248
6 Siyar A'lam an-Nubala' , Syamsuddin
adz-Dzahabi, 5/337
7 Siyar A'lam an-Nubala' , Syamsuddin adz-Dzahabi, 5/341
8 Hilyah Auliya' Wa Thabaqat
al-Ashfiya', Abu Nu'aim, 3/360
9
Siyar A'lam an-Nubala' , Syamsuddin
adz-Dzahabi, 5/334
11
Siyar A'lam
an-Nubala',
Syamsuddin adz-Dzahabi, 5/336
12 Tahdzib al-Kamal, Jamaluddin al-Mizzi, 26/423
13
Tadzkirah al-Huffazh, Syamsuddin adz-Dzahabi, 1/110
14 Tadzkirah al-Huffazh, Syamsuddin adz-Dzahabi, 1/111
15
Tahdzib
al-Kamal,
Jamaluddin al-Mizzi, 26/436
17
Tahdzib
al-Kamal,
Jamaluddin al-Mizzi, 26/434
18
Tahdzib
al-Kamal,
Jamaluddin al-Mizzi, 26/434
19
Tahdzib
al-Kamal,
Jamaluddin al-Mizzi, 26/434
20
Tarikh
al-Islam,
Syamsyuddin adz-Dzahabi, 8/243
21
Hilyah Auliya'
Wa Thabaqat al-Ashfiya', Abu Nu'aim, 3/362
22
Hilyah Auliya'
Wa Thabaqat al-Ashfiya', Abu Nu'aim, 3/362
23
Hilyah Auliya'
Wa Thabaqat al-Ashfiya', Abu Nu'aim, 3/362
25
Siyar A'lam
an-Nubala',
Syamsuddin adz-Dzahabi, 5/335
26
Siyar A'lam
an-Nubala',
Syamsuddin adz-Dzahabi, 5/332
27
Siyar A'lam
an-Nubala',
Syamsuddin adz-Dzahabi, 5/335
28
Siyar A'lam
an-Nubala',
Syamsuddin adz-Dzahabi, 5/338; dan Tahdzib al-Kamal, Jamaluddin
al-Mizzi, 26/440
29
Hilyah Auliya'
Wa Thabaqat al-Ashfiya', Abu Nu'aim, 3/371
30
Siyar A'lam
an-Nubala',
Syamsuddin adz-Dzahabi, 5/327,328